Korea Menjadi Negara Termahal untuk Membesarkan Anak

TERKINNI.COM – Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan, Korea adalah negara termahal di dunia untuk membesarkan anak. Sebuah statistik yang meningkatkan kekhawatiran tentang penurunan angka kelahiran di negara tersebut di tengah krisis demografis.

Studi terbaru oleh think-tank yang berbasis di Beijing, YuWa Population Research Institute, mengungkapkan bahwa Korea menduduki peringkat tertinggi di dunia dalam hal biaya membesarkan anak sejak lahir hingga usia 18 tahun, yaitu 7,79 kali lipat produk domestik bruto (PDB) per kapita, menurut South China Morning Post.

Tertinggi kedua di dunia adalah China di mana biayanya 6,9 kali PDB per kapita. Di China, dibutuhkan lebih dari $75.000 untuk membesarkan seorang anak sampai usia 18 tahun dan $22.000 lagi untuk menyekolahkan mereka ke universitas, kata studi tersebut. Angka tersebut jauh lebih dari dua kali lipat biaya di negara-negara seperti Jerman, Australia dan Prancis, di mana masing-masing adalah 3,64, 2,08 dan 2,24 kali PDB per kapita.

Laporan tersebut menunjuk pada tingginya biaya membesarkan anak sebagai salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi keinginan orang untuk memiliki anak.

Tingkat kelahiran Korea mencapai rekor terendah baru pada tahun lalu dengan rata-rata hanya 0,78 bayi diharapkan per wanita, turun lebih jauh dari rekor sebelumnya 0,81 pada tahun 2021.

Sebuah survei domestik yang dilakukan oleh Korea Institute for Health and Social Affairs (KIHASA) pada tahun 2020 menemukan bahwa tingginya biaya pengasuhan anak menjadi salah satu penyebab menurunnya angka kelahiran di Korea. Lembaga tersebut menyurvei 2.000 orang dewasa Korea dan menemukan bahwa baik responden yang menikah maupun yang belum menikah memilih “ketidakstabilan ekonomi” dan “biaya membesarkan anak yang tinggi” sebagai alasan utama untuk tidak memiliki anak.

Laporan YuWa menyarankan beberapa kebijakan pemerintah untuk mengatasi krisis populasi di tingkat nasional, termasuk “subsidi tunai dan pajak, subsidi pembelian rumah, membangun lebih banyak pembibitan, memberikan cuti melahirkan yang setara gender, memperkenalkan pengasuh asing, mempromosikan gaya kerja yang fleksibel, menjamin hak reproduksi wanita lajang, mengizinkan teknologi reproduksi berbantuan dan mereformasi ujian masuk perguruan tinggi dan sistem sekolah.”

Latest articles

Related articles

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x